Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Bab ini akan dibahas klasifikasi praktikum berdasarkan sifatnya, tujuan, dan keterlibatan praktikan. Berdasarkan sifatnya dibahas praktikum primer dan sekunder. Berdasarkan tujuannya dibahas praktikum yang bertujuan latihan keterampilan dan teknik, latihan proses sains, dan peningkatan pemahaman materi pembelajaran.
2. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat :
B. Penyajian
1. Klasifikasi Praktikum Berdasarkan Sifat
Praktikum dapat dibedakan atas dua kategori berdasarkan sifatnya, yaitu primer dan sekunder. Praktikum dikatakan bersifat primer jika di praktikum tersebut diberikan untuk mahasiswa jurusan/program studi sendiri, misalnya praktikum komputer untuk mahasiswa jurusan komputer. Di lain pihak praktikum dikatakan bersifat sekunder jika praktikum tersebut diberikan untuk mahasiswa jurusan lain, misalnya praktikum komputer diberikan untuk mahasiswa jurusan Teknik Mesin atau Mahasiswa jurusan Ekonomi.
Jika dosen mengajar praktikum di jurusan sendiri maka pengembangan praktikum dapat dilakukan dengan dasar-dasar disiplin ilmu sendiri. Pada kasus ini biasanya tugas dosen lebih mudah dalam arti lingkungan dan suasana bidang keilmuan sudah terbangun. Hal tersebut memberikan kemudahan dalam memberikan pemahaman mengenai tujuan praktikum tersebut dikaitkan dengan bidang kajian atau mata kuliah lain.
Apabila mengejar praktikum di jurusan lain, dosen harus berusaha untuk memberikan materi yang benar-benar relevan dengan bidang ilmu jurusan tersebut. Dosen pengampu praktikum bisa berkonsultasi dengan sejawat dari disiplin ilmu jurusan tersebut untuk mendiskusikan capaian pembelajaran dan materi apa yang cocok untuk mahasiswa mereka, termasuk untuk membuat contoh-contoh yang relevan dengan disiplin ilmu jurusan tersebut.
2. Klasifikasi Praktikum Berdasarkan Tujuan
Secara garis besar ada tiga kategori tujuan yang dapat dicapai melalui pembelajaran praktikum yaitu :
a. Latihan Keterampilan dan Teknik
Praktikum ini berupa latihan-latihan yang secara keseluruhan direncanakan oleh dosen. Tujuan utamanya adalah member kesempatan praktikan mengembangkan keterampilan dan teknik dasar yang harus dikuasai. Pada praktikum yang menitik beratkan tujuan dituliskan secara jelas dan tegas. Hasil akhir praktikum dan keterampilan minimal yang harus dikuasai mahasiswa (kemampuan akhir yang diharapkan) dituliskan dalam pernyataan yang memuat ukuran pencapaian tujuan praktikum. Keterampilan yang ditampilkan mahasiswa dapat segera diamati dan dapat secara tepat dan reliabel dapat diukur. Contoh persyaratan tujuan praktikum Jaringan Komputer: Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menyusun urutan warna kabel UTP untuk jenis sambungan sejajar (straight) dan jenis sambungan silang (cross over) serta memasang konektor RJ. 45 dengan peralatan crimping tool dengan baik dan benar. Pada indikator baik dan benar perlu diperjelas parameter-parameter yang harus dicapai, misalnya baik berarti urutan langkahnya tepat, rapi, konektor terpasang kuat, benar berarti terjadi koneksi data perangkat yang disambungkan.
Pelaksanaan praktikum dalam bentuk latihan-latihan ini biasanya dapat diselesaikan dalam satu sesi dan prosedurnya dirinci dalam panduan praktikum atau berbentuk tutorial. Beberapa latihan awal diberikan sebelum tugas yang lebih sulit. Langkah-langkah untuk memberikan latihan keterampilan adalah sebagai berikut :
b. Latihan proses sains.
Menurut Hodson (1996), di dalam belajar sains, terdapat tiga aspek yang harus tercakup dalam pendidikan sains, yaitu :
Berdasarkan hal yang dikemukakan Hodson jelas bahwa belajar sains bukan hanya belajar konsep tetapi mencakup hakikat sains, praktik ilmiah, inkuiri ilmiah dan hubungan sains, teknologi, dan masyarakat. Dalam pembelajaran sains, kemampuan proses sains merupakan kemampuan dasar yang dapat diterapkan pada berbagai bidang, dan pengetahuan, tidak tergantung pada domain tertentu tetapi mengarah pada strategi-strategi kognitif. Kemampuan proses sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium. Kemampuan proses sains merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi.
Dalam pembelajaran keterampilan laboratorium berbasis kemampuan proses sains, mahasiswa dilibatkan secara fisik maupun psikis. Mahasiswa dilibatkan dalam menyusun rancangan, mengidentifikasi kemampuan yang akan dikembangkan, melaksanakan praktikum, dan membuat laporan. Melalui kegiatan praktikum mahasiswa memperoleh pengalaman mengidentifikasi masalah nyata yang dirasakannya, serta merumuskan-nya secara operasional, merancang cara terbaik untuk memecahkan masalahnya dan mengimplementasikannya dalam laboratorium, serta menganalisis dan mengevaluasi hasilnya. Keterampilan proses sains diperlukan untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut melalui kerja metode ilmiah. Dengan demikian mahasiswa terbiasa bersikap seperti ilmuwan sains yang teliti, tekun, objektif, rasa ingin tahu, menerima perbedaan, bekerja sama dan bersikap positif terhadap kegagalan.
Latihan proses sain dapat saja bertujuan untuk membahas suatu aspek dari proses penelitian ilmiah. Misalnya: mahasiswa diberikan beberapa permasalahan dan diminta untuk mengembangkan sejumlah hipotesis. Hipotesis tersebut dapat saja dibuktikan tanpa harus melakukan percobaan sendiri tetapi mahasiswa diberi data eksperimen yang sudah ada atau data sekunder. Dari data yang disediakan mahasiswa diminta untuk menganalisis dan menyimpulkan.
Praktikum proses sain juga mendukung latihan pemecahan masalah (problem solving). Latihan pemecahan masalah haruslah berbentuk penyelidikan (investigation) dalam bentuk proyek-proyek yang dapat dilaksanakan di laboratorium, lingkungan, atau di rumah. Praktikum yang bersifat penyelidikan memberi pengalaman “merekayasa” suatu proses, suatu kemampuan yang diperlukan dalam pengembangan teknologi (Rustaman NY, 2002).
Pembelajaran sains juga, meliputi inkuiri ilmiah yang melibatkan keterampilan proses sains dan keterampilan laboratorium. Pada saat menginterpretasikan dan mengkomunikasikan dapat dilakukan refleksi yang kritis, mengapa sesuatu dilakukan. Pada saat menginterpretasikan dapat saja memunculkan hipotesis baru yang akan merupakan suatu siklus penelitian. Langkah pokok dalam memberikan latihan penelitian ilmiah adalah :
Latihan penelitian memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk merasakan suatu pengalaman nyata dan utuh dalam penelitian. Penelitian dapat meningkatkan motivasi mahasiswa, karena adanya tuntutan aktivitas dan partisipasi yang tinggi dari mereka. Hubungan yang intensif antara mahasiswa dengan dosen pembimbing yang terjalin selama penelitian akan meringankan beban mahasiswa tanpa menghilangkan rasa tanggung jawab mahasiswa. untuk itu maka perlu didahului pertemuan antara mahasiswa dan dosen pembimbing untuk menyepakati hal-hal berikut :
c. Praktikum untuk peningkatan pemahaman materi pelajaran
Praktikum yang bertujuan peningkatan pemahaman materi pelajaran merefleksikan perlu adanya kontribusi kegiatan praktikum pada peningkatan pemahaman serta perluasan wawasan pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, teori mahasiswa). Kontribusi ini dapat terwujud jika ada kegiatan praktikum yang memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk meng-indra fenomena alam dengan segenap inderanya (peraba, penglihat, pengecap, pendengar, dan pembau). Pengalaman langsung mahasiswa dengan fenomena alam menjadi prasyarat vital untuk pemahaman materi perkuliahan.
Apabila praktikum bersifat discovery, maka fakta yang diamati menjadi landasan pembentuk konsep atau prinsip dalam pikirannya. Apabila kegiatan praktikum berformat “verifikasi” maka fakta yang diamati menjadi bukti konkret kebenaran konsep atau prinsip yang dipelajarinya, sehingga pemahaman mahasiswa diharapkan lebih mendalam sesuai dengan semboyan “I do and I understand” (Rustaman NY, 2002).
Tiga macam bentuk praktikum tersebut di atas hendaknya tidak dipandang sebagai bentuk yang terisolasi satu sama lain. Dalam implementasinya dapat dibentuk hybrid-hybrid dari ketiga bentuk praktikum tersebut dengan kontribusi masing-masing yang bervariasi.
Azas yang penting perlu digunakan dalam pemilihan bentuk praktikum adalah perkembangan dan keragaman. Bersamaan dengan meningkatnya jenjang pendidikan, sebaiknya praktikum makin bersifat “divergen” dan “lebih menantang” sesuai dengan makin meningkatnya kemampuan kognitif serta bertambahnya pengetahuan dan keterampilan peserta praktikum. Selain azas perkembangan, keragaman bentuk praktikum diperlukan pula untuk mencegah situasi monoton dan membosankan pada satu jenjang pendidikan.
3. klasifikasi Praktikum Berdasarkan keterlibatan Praktikan
Zainudin (2005) menyatakan bahwa berdasarkan gradasi keterlibatan mahasiswa atau praktikan dalam menentukan tujuan merencanakan sarana, bahan, alat metode serta hasil praktikum yang diharapkan, maka bentuk praktikum dapat dibedakan menjadi lima kategori sebagai berikut:
Kategori 0 : Praktikum yang tujuan, bahan, dan alat serta hasilnya telah ditentukan. Praktikum ini semata-mata untuk memberikan latihan keterampilan dan mendapatkan hasil dengan kualifikasi tertentu.
Kategori 1 : Seperti pada kategori 0, bahwa tujuan, bahan, dan alatnya telah ditentukan tetapi hasilnya tidak harus dengan kualifikasi tertentu tetapi dalam gradasi tertentu, dan mahasiswa harus dapat menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
Kategori 2 : Seperti pada kategori 1, bahwa tujuan telah ditentukan, tetapi sebagian bahan dan alat serta metode dapat menggunakan di luar yang telah ditentukan dengan dasar rasional atau pembenaran tertentu.
Kategori 3 : Seperti ada kategori 2, bahwa tujuan telah ditentukan, tetapi bahan dan alat serta metode sepenuhnya diserahkan kepada praktikan dengan dasar rasional atau Pembenaran tertentu.
Kategori 4 : Praktikum pada tingkat paling tinggi dimana tujuan, bahan, alat metode, dan hasil yang diharapkan sepenuhnya ditentukan oleh praktikan. Namun demikian biasanya tema praktikum atau penelitian diarahkan oleh program studi, umum-nya dilaksanakan dalam bentuk karya ilmiah, tugas akhir, atau skripsi.
Kategori ilmiah 0 dan 1 adalah praktikum yang dimaksudkan untuk melatih keterampilan tertentu, kategori 2 dan 3 adalah praktikum pemecahan masalah (problem solving) sedangkan kategori 4 adalah penelitian ilmiah. Secara ringkas kategori praktikum berdasarkan keterlibatan praktikan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kategori Praktikum berdasarkan keterlibatan praktikan.
C. Penutup
1. Rangkuman
2. Evaluasi
3. Tindak Lanjut